APA ITU STUDI PEMBELAJARAN ( LESSON STUDY )
Ada berbagai pengertian studi pembelajaran yang ditulis oleh para ahli. Lewis ( 2002 ) menyatakan ” lesson study is a cycle in which teacher work together to consider their long term goals for students, bring those goals to life in actual” research lessons”, and collaborativelly observe, discuss, and refine the lessons”. Menurut lewis ide yang terkandung dalam lesson study sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seseorang guru ingin meningkatkan pembelajaran, maka salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi dengan guru lain untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan. Sementara Garfield ( 2006 ) menyatakan studi pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis yang digunakan oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran. Proses sistematis yang dimaksud adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi rencan pembelajaran secara bersiklus dan terus menerus.
Walker ( 2005 ) menyatakan dengan singkat bahwa studi pembelajaran adalah suatu metode pengembangan profesional guru. Jadi studi pembelajaran adalah suatu kegiatan pengkajian terhadap proses pembelajaran di kelas nyata yang dilakukan oleh sekelompok guru secara berkolaborasi dalam jangka waktu lama dan terus-menerus untuk meningkatkan keprofesionalannya. Melalui studi pebelajaran, para guru berkolaborasi melakukan pengkajian bagaimana merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran di kelas nyata dan selanjutnya melakukan diskusi refleksi untuk mendapatkan umpan balik dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran berikutnya. Jadi dalam studi pembelajaran para guru tidak hanya meneliti dengan jalan memberikan perlakuan kemudian mengamati bagaimana dampaknya terhadap siswa, melainkan ingin mengubah proses pembelajaran menjadi proses pembelajaran yang efektif, dengan jalan mengamati dan mengumpulkan data, kemudian melihat bagaimana dampaknya, dan selanjutnya merevisi rencana pembelajaran itu untuk dilakukan pengkajian lagi.
Berdasarkan uraian tersebut maka studi pembelajaran dapat dibedakan menjadi 3 tahap utama yaitu, tahap persiapan, pelaksanaan dan refleksi ( PPR ). Studi pembelajaran dilakukan berulang-ulang dan dalam waktu yang lama karena dalam proses pembelajaran tidak selalu sama dan tidak ada proses pembelajaran yang sempurna, sehingga siklusnya terus berulang-ulang. Di dalam studi pembelajaran, para guru melakukan pengkajian pembelajaran di kelas nyata, bukan di kelas eksperimen atau bahkan dalam bentuk “peer Teanching “. Dalam kegiatan studi pembelajaran guru melakukan perencanaan bersama, dengan jalan mengkaji materi dan menentukan RPP, membuat lembar kerja siswa ( LKS ) kemudian menunjuk salah satu orang guru untuk mengajar sesuai rencana tersebut sementara yang lain menjadi pengamat. Fokus pengamat adalah siswa belajar, bukan guru mengajar. Pada akhir pembelajaran peserta melakukan refleksi. Kemudian hasil refleksi digunakan untuk merevisi program pembelajaran sesuai dengan kondisi kelas masing-masing. Selanjutnya para peserta dapat menerapkan RPP dan LKS hasil revisi di kelas masing-masing.
Dengan melakukan PPR berulang-ulang diharapkan guru akan semakin profesional sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien untuk meningkatkan mutu pendidikan.
MENGAPA STUDI PEMBELAJARAN ( LESSON STUDY ) DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS GURU
Mengapa studi pembelajaran yang dipilih sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas guru, berikut ini akan dikemukakan beberapa alasannya:
Studi pembelajaran yang merupakan cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena:
Pengamatan studi pembelajaran dilakukan dengan didasarkan pada hasil ”sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktek dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru. Penekanan mendasar suatu studi pembelajaran adalah para siswa memiliki kualitas belajar. Tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, studi pembelajaran mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran. Dan studi pembelajaran akan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran ( Lewis , 2002 )
Studi pembelajaran yang di desain dengan baik akan menghasilkan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan studi pembelajaran para guru dapat:
- Menentukan tujuan pembelajaran ( lesson ), satuan ( unit ) pelajaran, metode pelajaran yang efektif.
- Mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa
- Memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disaajikan para guru
- Menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa
- Merencanakan pelajaran secara kolaboratif
- Mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa
- Mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan
- Melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakan berdasarkan pandangan siswa dan koleganya ( Lewis , 2002 ).
MANFAAT STUDI PEMBELAJARAN ( LESSON STUDY)
Berikut ini disajikan manfaat studi pembelajaran menurut para ahli:
Menurut Lewis ( 2002 ) Meningkatkan keprofesionalan guru, sebab dengan studi pembelajaran guru melakukan : pengkajian kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan metode pembelajaran yang sesuai dan menentukan media. Selain itu guru melakukan penelitian atau pengkajian terhadap proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta menganalisis dan melakukan refleksi. Meningkatkan mutu pembelajaran di kelas karena: guru mengembangkan studi pembelajaran berdasarkan ”sharing” dan berkolaborasi dengan guru lain, melakukan penelitian dengan mengkaji pembelajaran, mendasarkan pada kelas nyata, dan menfokuskan pada belajar siswa. Menurut Wang-Iverson & Yoshida ( 2005 )
- Mengurangi isolasi guru,
- Membantu guru dalam belajar mengobservasi dan memberi saran
- Membantu guru lebih memahami kurikulum, urutan dan kedalam materi
- Membantu guru untuk menolong agar semua siswa belajar
- Memahami bagaimana siswa berfikir dan belajar
- Meningkatkan kolaborasi antar guru dan menghormati satu sama lain
Menurut Setyorini Astuti & Tahak ( 2007 )
Dapat meningkatkan pemahaman dan kesepakatan guru terhadap proses belajar siswa sehingga guru memahami dan menghormati hak belajar setiap siswa. Kolaborasi antara guru selama menerapkan program studi pembelajaran dapat meningkatkan suasana saling belajar membelajarkan, baik di sekolah maupun di kelas sehingga terbentuk komunitas belajar
Terdapat perkembangan kemampuan guru dalam mengamati proses pembelajaran dan melakukan refleksi dalam studi pembelajaran sehingga meningkatkan kepekaan guru terhadap siswa belajar. Melalui studi pembelajaran keprofesionalan guru meningkat, yang ditunjukan oleh kegiatan pengkajian kurikulum, membuat RPP dan LKS serta memilih metode dan media belajar yang lebih bervariasi. Guru lebih percaya diri, Guru lebih terbuka dan mau menerima pendapat orang lain, Kerjasama antar guru menjadi lebih harmonis, Siswa merasa lebih diperhatikan, Dalam proses pembelajaran siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, dapat digunakan sebagai salah satu model pembinaan guru dalam jabatan
TEKNIK – TEKNIK PENTING DALAM PELAKSANAAN STUDI PEMBELAJARAN
Dalam melaksanakan studi pembelajaran ada beberapa teknik yang harus diperhatikan, agar pelaksanaan Studi Pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, efektif dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan yang dimaksud adalah meningkatnya kompetensi guru dan perbaikan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru.Teknik –teknik tersebut antara lain: 1) Rambu-rambu observasi pembelajaran dan diskusi refleksi; 2) Teknik moderasi dalam diskusi refleksi; dan 3) Teknik analisis video pembelajaran.
1. Rambu-rambu Melakukan Pengamatan Pembelajaran
Buka kelas (open class) dan refleksi merupakam tahap pokok yang sangat penting dalam kegiatan studi pembelajaran. Di dalam buka kelas dilakukan pengamatan pembelajaran oleh semua anggota tim yang hadir. Rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam melakukan pengamatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Ø Sebelum Pengamatan Dimulai
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum kegiatan pembelajaran dan pengamatan dimulai yaitu:
a. Pengamat dan undangan lainnya hendaknya datang paling lambat 5 menit sebelum pembelajaran dimulai.
b. Kedatangan tamu di sekolah hendaknya tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa di kelas masing-masing.
c. Siapkan lembar observasi atau buku catatan dan pena.
d. Denah tempat duduk siswa dan nomor atau nama siswa perlu disiapkan untuk mempermudah proses pengamatan.
e. Jika Anda membawa, HP setel ke profil silent (bisu) atau getar supaya nada panggil tidak berbunyi.
f. Usahakan untuk tidak membawa makanan dan tidak merokok di dalam ruang / kelas.
g. Pastikan agar pada wktu pengamatan nanti tidak diganggu perasaan ingin buang hajat.
Ø Pada Saat Mengamati Pembelajaran:
a. Semua perserta segera memasuki kelas dengan tertib pada waktu yang ditentukan.
b. Begitu masuk kelas undangan dan semua peserta hendaknya tidak lagi berkeinginan keluar masuk kelas.
c. Segera menempati posisi sedemikian rupa, sehingga dapat memperhatikan perubahan wajah dan gerak-gerik siswa ketika belajar.
d. Pada awalnya setiap pengamat berlatih mengamati satu kelompok, agar dapat mengetahui atmosfir kelas secara keseluruhan.
e. Tidak membantu guru dalam proses pembelajaran dalam bentuk apapun.
f. Tidak membantu siswa dalam proses pembelajaran, misalnya mengarahkan pekerjaan siswa.
g. Tidak mengganggu pandangan guru / siswa selama pembelajaran.
h. Tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar.
i. Jika menggunakan kamera untuk mengambil gambar kegiatan belajar (guru/siswa) lampu kilat (flash) hendaknya dimatikan.
j. Tidak makan, minum, dan merokok di dalam ruangan pembelajaran.
k. Ingat, fokuskan pengamatan pada siswa belajar, bukan hanya pada guru yang mengajar.
l. Pengamata melakukan pengamatan secara penuh sejak awal sampai akhir pembelajaran.
m. Selain mengamati siswa belajar, pengamat juga perlu memperhatikan:
· Teknik pengelolaan kelas yang dibuat oleh guru
· Bagaimana guru mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran?
· Bagaimana guru memanfaatkan media pembelajaran sederhana dari lingkungan?
· Bagaimana guru membuat siswa kreatif
Rambu-Rambu Dalam Melaksanakan Diskusi Refleksi
Diskusi refleksi atau biasa disebut refleksi (see) dalam Studi Pembelajaran juga merupakan kegiatan yang sangat penting. Karena pada tahap inilah segala catatan dan temuan hasil observasi akan disampaikan komentarnya oleh para pengamat, untuk kemudian dibahas secara mendalam dan dicarikan alternative pemecahan jika ada hal yang kurang sempurna. Dalam kegiatan ini pula “guru model” yang membuka kelas dapat menyampaikan refleksi diri dan penjelasan-penjelasan yang dianggap perlu kepada semua pengamat. Di akhir diskusi refleksi diharapkan semua anggota tim Studi Pembelajaran dapat memperoleh pengalaman berharga untuk bekal memperbaiki pembelajaran di sekolah atau di kelas masing-masing. Untuk dapat melangsungkan diskusi refleksi yang kondusif dan efisien perlu dipersiapkan tempat dan tatacara yang baik. Untuk itu, dapat memperhatikan rambu-rambu umum berikut ini dan juga tentang teknik moderasi dalam diskusi refleksi.
Ø Rambu-rambu Bagi Moderator
a. Moderator hendaknya orang yang mengenal siswa dan mengikuti proses pembelajaran yang direfleksi.
b. Sebaiknya, yang ditunjuk sebagai moderator adalah kepala sekolah, wakil atau pengawas.
c. Moderator harus berupaya mengatur jalannya diskusi secara efektif dan efisien, serta perlu menunjuk salah satu anggota menjadi notulis untuk merekam hasil diskusi yang penting-penting.
d. Pada waktu yang telah ditetapkan, moderator membuka siding refleksi.
e. Moderator memperkenalkan peserta dan juga dirinya sendiri.
f. Setelah itu moderator membacakan tata tertib refleksi. Tata tertib itu misalnya:
· Refleksi hendaknya terfokus pada proses belajar siswa.
· Refleksi pertama kali dilakukan oleh guru model, selanjutnya oleh pengamat.
· Masalah yang didiskusikan hendaknya masalah nyata berdasar hasil pengamatan selama proses pembelajaran.
· Masalah yang sudah disampaikan oleh pengamat sebelumnya tidak perlu diulan-ulang.
· Moderator dapat mempersilahkan guru model untuk mengklarifikasi permasalahan yang disampaikan oleh pengamat setelah ada beberapa permasalahan yang dibahas.
· Pada akhir refleksi akan disampaikan refleksi akhir oleh pakar (pakar pendidikan, dosen).
g. Setalah membacakan tata tertib, moderator memulai diskusi refleksi.
h. Mempersilahkan guru pengajar untuk melakukan refleksi diri terlebih dahulu.
i. Mempersilahkan para pengamat menyampaikan komentar berdasrkan pada hasil pengamatannya.
j. Setelah salah satu orang menyampaikan komentarnya, moderator mempersilahkan pengamat lain atau juga moderator sendiri menyampaikan tanggapan terhadap komentar tersebut.
k. Jika peserta suadah terbiasa mengamati pembelajaran moderator dapat mengatur jalannya diskusi secara lebih bebas.
l. Setelah semua pengamat menyampaikan komentar, akhirnya moderator mempersilahkan pakar untuk melakukan refleksi akhir.
m. Myampaikan ringkasan hasil diskusi dan menutup acara refleksi.
Rambu-rambu Pengamat dalam Menyampaikan Komentar
a. Komentar yang disampaikan sebaiknya terfokus pada masalah proses belajar siswa, bukan pada aktivitas guru dalam mengajar.
b. Apabila terkait dengan kinerja guru saran yang disampaikan sebaiknya dengan memperbanyak pujian positif dan sesedikti mungkin mengkritik negatif.
c. Komentar yang disampaikan harus berdasarkan pada data pengamatan saat observasi.
d. Gunakanlah kata “pembelajaran kita” untuk mengomentari proses pembelajaran bukan “pembelajarannya guru A atau B”
e. Gunakanlah nada yang lembut dan pilihan kata yang halus.
f. Komentar yang disampaikan sebaiknya jauh dari sifat “menggurui” atau menurut pandangannya sendiri.
g. Jika menyampaikan data tentang siswa belajar, kemukakan MENGAPA hal itu terjadi.
h. Kemukakan juga pelajaran apa yang dapat dipetik dari permasalahan tersebut.
2. Teknik Moderasi dalam Diskusi Refleksi
Berikut akan diuraikan hal-hal penting yang perlu diperhatikan oleh moderator dalam memimpin diskusi refleksi agar diskusi berlangsung kondusif, interaktif, dan efektif.
a) Membuka dan Mengawali Diskusi Refleksi
1. Moderator adalah “orang kunci” yang dapat menghidupkan suasana diskusi.
2. Seorang moderator dalam diskusi refleksi studi pembelajaran bukan hanya harus pandai berbicara sesuai situasi, tetapi ia juga harus memahami isi setiap pembicaraan.
3. Ketika mengawali dan membuka diskusi, upayakan untuk menyegarkan suasana pertemuan
4. Sampaikan ucapan terimakasih kepada guru model atas sajian pembelajaran yang telah dibuat dan berikan penghargaan, misalnya tepuk tangan dari semua peserta.
b) Refleksi Diri Guru Model
Moderator perlu menyampaikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan oleh guru model ketika menyampaikan refleksi:
1. Guru tidak hanya menyampaikan perasaan senang, sedih, bangga atau kurang puas dengan hasil mempraktikan scenario pembelajaran yang telah dirancang/dipersiapkan.
2. Guru model perlu menyampaikan ringkasan alur lanhkah-langkah pembelajarn.
3. Untuk melengkapi refleksi diri, guru model dapat menyebutkan kira-kira persentase ketercapaian skenario pembelajaran yang telah dibuat.
c) Membagi Termin Dan Melaksanakan Diskusi
a. Agar diskusi lebih terfokus dan terarah, sebaiknya waktu diskusi dibagi menjadi beberapa termin dengan masing-masing termin mengacu pada masalah tertentu. Misalnya pembagian termin berdasarkan tahapan pembelajaran, yakni:
· Tahap kegiatan awal untuk memotivasi siswa atau apersepsi
· Tahap kegiatan inti
· Tahap kegiatan penutup (mereviu pembelajaran, membuat ringkasan, aplikasi konsep, pemberian tugas/ pekerjaan rumah)
Termin diskusi dapat juga ditetapkan berdasrkan aspek pengamatan, seperti:
· Interaksi siswa-siswa dalam kelompok
· Presentasi hasil diskusi
· Interaksi siswa dengan media pembelajaran
· Interaksi siswa dengan guru
· Lompatan-lompatan belajar yang dibuat ole beberapa siswa
· Pengalaman-pengalaman berharga yang dapat diperoleh dari kegiatan observasi.
Urutan permasalahan tersebut dapat diatur secara fleksibel sesuai dengan situasinya. Dapat juga topik bahasan diskusi disesuaikan dengan temuan yang muncul atau diungkapkan oleh pengamat.
b. Setelah termin diskusi dibuka, berikan kesempatan kepada orang untuk mengemukakan temuan hasil pengamatan yang menrik nutuk diulas dan sesuai dengan tema termin diskusi.
c. Di dalam menyampaikan temuan dari hasil observasi, sebaikanya guru tidak membaca catatan dalam lembar observasi secara keseluruhan, tetapi memilih bagian catatan yang terkait dengan masalah.
d. Jika ada pertanyaan klarifikasi atau komentar dari peserta di luar masalah atau di luar konteks studi pembelajaran maka moderatoe harus dapat mengisolasi hal tersebut untuk tidak diteruskan.
e. Setelah seseorang atau beberapa orang menyampaikan komentar terkait dengan temuannya, moderator harus berusaha untuk menangkap esensi dan hal menarik yang perlu dibahas, terkait dengan penyebab munculnya fenomena dan alternative solusi yang diusulkan.
f. Setelah beberapa temuan menarik yang sejenis diungkapkan oleh beberapa pengamat, lemparkan masalah tersebut kepada peserta lain untuk ditanggapi.
g. Dalam memberikan masukan tentang alternatif solusi suatu permasalahan disarankan agar pengusul mendasarkan usulannya pada pengalaman praktis di sekolah masing-masing atau rujukan tori atau kalangan pakar pendidikan.
h. Perhatian dan konsentrasi moderator harus selalu focus pada setiap komentar yang disampaikan peserta.
i. Uapayakan untuk memberikan kesempatan yang merata kepada semua peserta dikusi.
j. Pada akhir setiap termin, moderator harus memberikan ulasan singkat dari hal yang didiskusikan pada termin tersebut.
k. Setelah termin pertam selesai diskusi dilanjutkan ke termin berikutnya dengan permasalahan atau focus diskusi yang lain.
l. Pada akhir setiap termin moderator dapat memberikan kesempatan pada guru model untuk memberikan tanggapan.
m. Nara sumber (Dosen atau Guru Pamong) diberi kesempatan untuk menyampaikan komentar singkat terkait dengan focus diskusi suatu termin atau pada akhir sesi sebelum diskisi ditutup.
n. Jika ada masukan yang sangat berarti untuk scenario pembelajaran atau perangkat pembelajaran, maka sarankan agar RPP segera direvisi oleh guru model atau oleh kelompok.
d) Mengakhiri Diskusi Refleksi
1. Sebelum menutup forum diskusi refleksi, moderator dapat menyampaikan ringkasan atau penegasan tentang hal-hal penting yang telah didiskusikan.
2. Saat menutup jangan lupa menyampaikan ucapan terimakasih pada semua pihak yang telah berparisipasi.
3) Teknik Analisis Video Pembelajaran
Dalam kegiatan observasi pembelajaran dalam konteks pelaksanaan Studi Pembelajaran, diperlukan hasil proses pengamatan yang cermat agar setiap fakta dan fenomena belajar yang ditemukan dapat diulas dan didiskusikan secara tepat. Oleh karena itu jika mungkin, salah satu dari beberapa pengamat membuat rekaman video atau gambar. Selain digunakan sebagai bahan diskusi dalam refleksi, video juga dapat menjadi desiminasi ditempat lain untuk latihan analisis pembelajaran bagi pengamat pemula.
Sebelum video ini digunakan sebagai bahan desiminasi di tempat lain maka perlu adanya analisis video terlebih dahulu untuk mengkaji isi dari video pembelajaran tersebut. Pada awal mulanya pengamat melihat hasil rekaman video observasi yang dilakukan pengamat, selanjutnya para pengamat mendiskusikan jika ada masalah muncul saat dilakukanya observasi. Diskusi trsebut biasanya memunculkan pertanyaan, misalnya saja “mengapa” masalah tersebut bias muncul terjadi? “bagaimana” cara mengatasinya dan “pelajaran apa yang bias dipetik dari masalah tersebut?”
Pada dasarnya analisis video ini tidak jauh beda dengan diskusi refleksi. Yang membedakan antara diskusi refleksi dengan analisis video hanya teretak pada media diskusi yang digunakan. Pada diskusi refleksi yang menjadi acuan untuk didiskusikan adalah hasil pengamatan yang tertuang dalam lembar observasi sedangkan pada analisis video yang digunakan sebagai acuan adalah hasil rekaman video yang sudah direkam oleh pengamat.
KONDISI IDEAL UNTUK MENERAPKAN LESSON STUDY
1) Stabilitas pada kebijakan pendidikan
Dengan stabilitas pada kebijakan maka para pendidik dapat berkonsentrasi pada tugasnya dan tidak terlalu memikirkan kebijakan-kebijakan baru yang justru kontra produktif.
2) Kurikulum yang memberi ruang untuk berkembang
Dalam hal ini para pendidik memiliki waktu yang lebih banyak untuk memberikan pengertian kepada siswa dari tiap-tiap materi yang diberikan. Pendidik hendaknya memiliki banyak ruang yang menuntut para guru untuk berpikir dan mengembangkan materi sendiri. Hal ini menyebabkan para pendidik memerlukan diskusi dengan rekan-rekannya dalam rangka mengembangkan konten-konten materi tersebut.
3) Budaya refleksi diri
Pendidik hendaknya selalu introspeksi diri dan berusaha mencari sebab kegagalan dari diri sendiri terlebih dahulu dan memperbaikinya agar tidak terulang di kemudian hari.
4) Budaya kerjasama
Budaya kerjasama dapat menyebabkan lesson study dapat dengan mudah berkembang dan diterima oleh kalangan pendidik dikarenakan kerjasama antar pendidik adalah salah satu hakekat dari lesson study.
ASUMSI SALAH TENTANG LESSON STUDY
1) Lesson study memboroskan waktu
2) Lesson study tidak memberikan efek signifikan pada peningkatan kualitas peserta didik
3) Lesson study tidak cocok dengan budaya Indonesia yang cenderung menjunjung suasana harmonis ketimbang keterbukaan
4) Lesson study memaksa seorang pendidik mengubah gaya mengajarnya
5) Kehadiran observer membuat pendidik merasa diawasi dalam melakukan proses belajar mengajar
6) Bertindak lebih baik daripada berbicara, lesson study menuntut terlalu banyak diskusi yang memboroskan waktu
7) Lesson study yang baik memerlukan siklus yang banyak
8) Terlalu mahal untuk membeli kamera video bagi kepentingan dokumentasi lesson study
9) Lesson study sukar diterapkan pada pendidikan nonformal karena jumlah tutor yang biasanya hanya sedikit pada tiap kelompok belajar
10) Lesson study hanya cocok untuk pendidikan formal yang bersifat teratur dan latar belakang pendidik yang lebih homogen
TIPE LESSON STUDY
1. Lesson Study di dalam sekolah
Tipe paling umum dari lesson study adalah “within-school research lesson”, dalam bahasa Jepang disebut sebagai (kounai kenkyuu jugyou). Pada umumnya model lesson study ini mengambil tempat di dalam sekolah dasar. Di Jepang nilai-nilai lesson study sangat dihargai.
Penerapan lesson study tidak diatu roleh perundang-undangan apapun di Jepang tetapi sebagian besar guru di sana percaya bahwa tanpa menerapkan lesson study mereka tidak akan pernah menjadi guru yang baik.
Para guru dapat menentukan kapan dan tema apa yang akan dilakukan dalam sebuah lesson study , frekuensi dapat bervariasi dari beberapa minggu, bulan, atau bahkan dalam setahun penuh.
2. Public Research Lesson
Tipe kedua dari lesson study ini adalah publich research lesson (koukai kenkyuu jugyou atau gakushuu kenkyuu happyoukai). Model lesson study ini terbuka untuk para guru dari luar sekolah. Undangan dapat berasal dari kecamatan, kota, ataupun propinsi yang berbeda bahkan dari seluruh negara. Di Jepang beberapa sekolah menerima blockgrant untuk melakukan pengembangan topik-topik tertentu. Selama penelitian mereka diwajibkan untuk mendiskusikan hasil kerja mereka kepada publik melalui lesson study. Lesson study menjadi semacam konferensi bahkan dimungkinkan dalam forum yang jauh lebih besar dan luas, misalnya dalam skala nasional, meski dalam skala ini nilai-nilai lesson study akan lebih susah dipertahankan.
3. Lesson study sebagai bagian dari konferensi nasional, asosiasi guru, dan lain-lain.
Lesson study dapat juga dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan lain. Sebagai contoh di setiap tahunnya pada Konferensi Pendidikan Sains Tingkat Sekolah Dasar di Jepang, selalu ada forum Lesson Study dengan topik-topik actual pada bidang pendidikan sekolah dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar